Arsitektur Post Modern
Arsitektur Post Modern
adalah penerus dari arsitektur modern, dimana rancangannya yang terkesan kaku
mulai diganti dengan desain-desain yang lebih dinamis. Aliran-aliran arsitektur
jenis ini disebut dengan Arsitektur Purna Modern.
Arsitektur
Purna Modern atau Post Modern memiliki definisi sebagai arsitektur yang masih
peduli dengan para pendahulunya yang akhirnya dijadikan sebagai sokoguru dalam
mengambil bentuk dan yang kemudian diolah.
Dalam
arsitektur Post Modern, peran seni dan ilmu menjadi satu. Arsitektur Modern sebagai
ilmu dan arsitektur pra-modern sebagai sumber seninya. Dari sini arsitektur
Purna Modern muncul sebagai penarik unsur, sehingga dapat menggabungkan
ciri-ciri yang dimiliki arsitektur-arsitektur sebelumnya.
Bangunan
Post Modern sendiri muncul ditandai dengan dekorasi, ornamen-ornamen dan
elemen-elemen kuno, tetapi dengan melakukan transformasi dengan elemen-elemen
yang kuno. Dengan adanya warna dan tekstur menjadikan elemen arsitektur
tersebut penting untuk diproses dengan bentuk dan ruang.
Mario Botta
Mario
Botta adalah seorang arsitek ternama kelahiran Kota Mendrizio, Switzerland 1
April 1943. Sang Maestro menempuh studi di Luav University of Venice, Italia
dan memperdalam bidang yang sama di Kota Milan (Italia).
Bagi
publik pemerhati bidang arsitektur di Indonesia nama Mario Botta mungkin
terdengar agak sayup jika dibandingkan nama-nama seperti Charles Jencks atau Le
Corbusier. Tetapi kiprah Mario Botta dalam perkembangan Arsitektur Modern dan
Post Modern sungguh luar biasa dengan berbagai karyanya yang dapat dilihat
hingga saat ini.
Kurangnya
informasi dan publikasi tentang salah satu “murid” Le Corbusier yang karya nya
tersebar di seluruh dunia mungkin salah satu penyebab kurang dikenalnya Mario
Botta sebagai salah satu maestro Arsitektur Modern dan Post Modern di tanah
air. Namun di manca negara nama besar Mario Botta dapat dikatakan sejajar
dengan Le Corbusier.
Pernah
dalam satu kesempatan berharga, ketika Mario Botta datang berkunjung ke
Indonesia atas undangan organisasi Ikatan Arsitek Indonesia beberapa tahun
lalu, penulis berkesempatan bertemu sang maestro dan menanyakan secara langsung
tentang apa dan bagaimana Arsitektur Modern dan Post Modern dari sudut pandang
seorang Mario Botta.
Banyak
paparan Mario Botta terkait dengan perkembangan Arsitektur Modern dan Post
Modern, salah satu yang sangat mudah diingat adalah seorang arsitek harus
selalu melakukan inovasi dan dan pemahaman serta penguasaan tentang bahan
material, sehingga dalam berkarya seorang arsitek dapat leluasa menentukan
desain dengan tidak melupakan pakem-pakem yang berlaku secara umum dalam teori
Arsitektur Modern.
Botta Style
Dapat
disimpulkan style Mario Botta dalam merencana dan merancang suatu proyek yaitu
tidak ada patokan yang kaku, tergantung dari kerumitan proyek, memahami
intisari proyek, pelajari dan analisa kondisi site dengan aspek historis,
geografis, pencahayaan, perkotaan, dan fungsi jangan terlalu mengikat bentuk.
Makna
kompleksitas dalam simplisitas karya-karya Mario Botta adalah suatu karya yang
sederhana mudah dipahami oleh orang awam. Bentuk akhir yang sederhana hanya
dapat dicapai melalui suatu proses desain yang sangat kompleks. Denah Museum of
Modern Art di San Fransisco pernah dibuat hingga ribuan alternative denah.
Mario
Botta memiliki personal style, sebagaimana seseorang punya gaya bahasa tertentu
dan tidak berencana untuk mengubah personal style-nya, dan ia tidak dapat
membayangkan apabila hal itu ditiru oleh banyak orang sehingga menjadi pasaran.
Pandangan Mario Botta terhadap Post Modernisme adalah gaya arsitektur yang
memadukan sejarah dan style layaknya mentransformasikan sejarah dalam
karikatur.
So,
apakah ada diantara kita ingin menjadi arsitek pengusung gaya post modern di
Indonesia ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar